Landing Page Story PIPO Hargiyanto
Dulu saya fikir menjadi investor properti itu mustahil. Gak punya pengalaman, aset, bahkan gak punya modal, tapi sekarang saya bisa punya puluhan properti yang menghasilkan passive income.
Ini kisah perjuangan saya menjadi investor properti……
Hari ini saya mau sharing pengalaman saya selama 10 tahun berinvestasi properti. Saya akan cerita mulai dari awal saya nekat beli properti pertama kali dengan modal terbatas, perjuangan mendapatkan modal, dari saya gagal punya passive income, hingga saya menemukan strategi investasi properti terbaik sampai sekarang saya memiliki Puluhan minimarket dan kamar kos harian beserta propertinya.
Cerita ini saya sharing dengan harapan bisa membantu teman-teman yang punya tujuan seperti saya, membangun passive income dan mengoleksi properti. Semoga dari cerita ini, teman-teman investor dan calon investor bisa melewati apa yang sudah saya capai dengan waktu yang lebih cepat dan tidak mengulang kesalahan – kesalahan yang saya buat.
Butuh waktu selama 10 tahun untuk saya menemukan Kunci dari ilmu berbisnis properti yang saya kembangkan, yaitu memiliki properti yang bisa menghasilkan passive income dengan hampir tanpa modal. Pengalaman-pengalaman tersebut akan saya ceritakan di sini.
Jadi buat teman-teman yang mau investasi properti, mau dapat passive income rutin, mau punya usaha yang autopilot, teman-teman bisa simak cerita saya ini.
Saya Ingin Punya Banyak Properti….
Awal mula saya tertarik untuk punya properti dimulai pada 2001. Saat itu saya membaca buku yang sedang digandrungi, mungkin teman-teman tahu judul buku “Rich Dad Poor Dad”. Buku inilah yang menginspirasi saya untuk bisa menciptakan passive income dari properti. Di buku Rich Dad Poor Dad juga dijelaskan cara membiayai properti-properti tersebut. Jika ingin mempunyai passive income dari properti, maka cara properti yang income-nya lebih besar dari angsuran, dan biarkan sampai lunas. Setelah lunas, maka passive incomenya menjadi milik kita. Properti passive income yang dicontohkan di dalam buku tersebut adalah beli rumah sewa yang incomenya lebih besar dari angsuran.
ketika saya baca buku itu, saya membayangkan bagaimana ya enaknya kalau saya punya puluhan bahkan ratusan rumah sewa yang menghasilkan passive income. Saya jadi gak perlu lagi menghabiskan waktu seharian berkutat dengan pekerjaan, pasti enak ya kalau lebih punya banyak waktu untuk diri sendiri dan juga untuk keluarga. Saya bisa pergi ke luar kota bahkan luar negeri selama berbulan-bulan dan tetap dapat pemasukan. Kalau saya punya properti passive income pasti aman, dana cadangan selalu ada. Nanti ketika anak-anak saya sudah besar, pasti butuh biaya pendidikan yang gak sedikit, kalau punya passive income kan saya sudah tenang dananya sudah tersedia. Belum lagi jika terjadi hal-hal yang tidak sesuai rencana, masih ada pemasukan untuk menghidupi keluarga saya. Waaahh, betapa enaknya ya kalo bisa hidup seperti itu. Makanya sejak saat itu saya bertekad “Saya harus punya banyak properti yang bisa menghasilkan passive income”.
Tapi….. gimana caranya saya bisa punya properti ya. Saya bingung, gak tahu harus mulai darimana. Lah, orang saya gak punya pengalaman, ilmu juga gak punya, dan masalah yang paling utama adalah saya gak punya uang. Saya coba berfikir, bagaimana ya caranya saya punya banyak uang dan juga punya banyak waktu hmmmm. Dan muncullah ide untuk jadi pengusaha, iya saya berpikir untuk resign dari pekerjaan saya saat itu. Sebenarnya keinginan untuk jadi pengusaha ini sudah ada sejak saya kecil, tapi keinginan itu semakin besar sejak tahun 2001. Saya fikir, pokoknya kalo saya ingin kaya, ya jadi pengusaha.
“Tidak boleh ditunda lagi, saya harus resign sekarang dan mendirikan perusahaan sendiri”
Kata-kata itu saya ucapkan pada tahun 2002. Hanya dalam 1 hari saya membuat suatu keputusan besar yang merubah hidup saya 180 derajat. Saya resign dari kerjaan. Dan dimulailah babak baru kehidupan saya.
Bisnis pertama saya adalah alat pertanian, alat pengering padi. Apakah bisnis pertama saya ini berhasil? Jawabannya adalah, gagal total!
Saya coba lagi, di percobaan kedua ini saya membuat alat pengering popok bayi. Laku gak? Laku, tapi Cuma satu. Itu juga kakak saya yang beli.
Berbagai macam jenis usaha saya coba. Jual melamin, barang-barang promosi, sikat gigi elektrik, pokoknya banyak sekali yang sudah saya coba. Kalau ada yang berpendapat bahwa bisnis itu mudah, yang penting mulai saja dulu. Coba sini, tanyain dia udah pernah mencoba apa belum? Nyatanya bisnis itu gak semudah yang saya bayangkan.
Di saat itu saya juga coba baca ulang buku “Rich Dad Poor Dad” lagi, dan saya sadar, ternyata selama ini saya salah. Buku itu tidak mengajarkan bahwa untuk jadi kaya, kita harus jadi pengusaha, yang benar adalah kalau mau jadi kaya kita harus jadi investor.
Hmmm jadi kebayang lagi, Pasti asik kalau punya rumah sewa. 10 rumah sewa atau 20, 100, atau bahkan ribuan. Hmmmm enak banget. Tapi, gimana caranya ya? Beli 1, ngumpulin uang lagi. Beli 1 lagi, ngumpulin uang lagi. Beli 1 lagi…. Kapan sampai 1000-nya ya?
Saya juga belajar dari buku itu, bahwa kalau mau punya passive income dari properti, Ternyata gampang!
Beli aja, cukup ngumpulin DP, sisanya (cicilan-nya) biar dibayar dengan income dari penyewa-nya. Nah, berarti saya harus mencari rumah sewa yang sewa-nya lebih besar dari nilai angsuran.
GAMPANG….
Dari situ saya langsung gas poll ambil Tindakan. Mulai tahun 2004 hobi saya bertambah satu, lihat-lihat dan nelfonin berbagai iklan properti yang ada di koran. Jaman itu belum semudah sekarang yang sudah tersedia berbagai informasi iklan properti di internet, jaman itu media yang tersedia hanya koran. Tapi saat itu saya cuma berani nanya-nanya, belum berani nawar ke penjual.
Cari… cari… cari… ternyata tidak ada. Alias ga nemu-nemu rumah sewa yang nilai sewanya lebih tinggi dari angsuran. Mungkin, rumah sewa tidak bisa. Mari kita coba kos/kontrakan (ini yang saya lakukan pada tahun 2005).
Cari di iklan koran, cari… cari… cari… eh, ternyata ada loh. Kontrakan 20 pintu di Perum Karawaci. Harganya 550 juta, DP 110 juta, Cicilan 7 juta, Pendapatan sewanya 11 juta sebulan. Beli ah….
Eh, tapi DP-nya? Saya kan belum nabung untuk DP-nya. Oke, ditunda dulu beli propertinya, sekarang saya harus nabung untuk bayar DP dulu. Ternyata sampai 2008, saya tidak nabung – nabung DP…. Hehehe.
Mundur lagi 3 tahun…. Tahun 2008 saya ikut seminar dan bertemu dengan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dengan saya, yaitu investasi properti. Semangat saya Kembali lagi, bahkan kali ini semangatnya jauh lebih besar. Dengan semangat yang berkobar-kobar, saya mulai aktivitas baru saya, mencari properti yang bisa menghasilkan passive income.
Saya dan istri mulai lihat-lihat dan nelfonin iklan properti. Setiap lihat iklan properti yang bagus, langsung saya catat. Iklan properti yang ada di koran akan saya potong dan saya tempel di satu buku khusus, tempat saya mencatat dan menghitung potensi dari iklan properti yang menurut saya bagus. Setiap hari kerjaan saya nyari dan nelfonin iklan properti. Hari sabtu saya gunakan untuk survei lokasi properti tersebut.
3 bulan saya melakukan aktivitas ini, ratusan iklan properti sudah saya telfon, berbagai properti sudah saya datengin. Mulai dari yang dekat, yang lokasinya jauh, properti yang masuk ke dalam gang, sampai properti berhantu pun sudah saya datengin. Hasilnya? Nol besar! Properti yang sesuai dengan kriteria saya belum juga ketemu.
Ternyata nyari properti itu susah! Capek saya, rasanya ingin menyerah saja.
Tapi saya ingat dengan tujuan awal saya, ingin investasi properti passive income. Lihat teman-teman saya yang sudah berhasil menemukan propertinya, saya gak mau kalah dong, kalau mereka bisa, saya pasti bisa!!
Saya bangkit lagi, usaha lagi. Dan akhirnya…… saya menemukan properti yang cocok dengan kriteria saya. 3 buah ruko seharga 900 juta yang berlokasi di Tangerang. Langsung saya datangi. Tapi masih bingung mau beli atau tidak. Saya coba untuk survei lokasi ruko tersebut. Lihat-lihat lingkungan sekitarnya, putar-putar lokasi ruko tersebut, sampai saya cek ke tata kota.
Dengan kondisi keuangan yang pas-pasan saat itu, nekat saya kasih DP 25 juta ke penjual. Saya minta waktu 1 bulan buat ngajuin KPR ke bank.
Ternyata ngajuin KPR ke bank juga gak gampang!
Saya ngajuin ke 6 bank dan semuanya ditolak. Pusing kepala saya. Penjual sudah nagih-nagih, tapi saya belum punya uang.
Bersyukur untungnya si penjual baik. Saya diberi waktu tambahan 1 bulan lagi. Saya kasih tambah DP 25 juta lagi ke penjual, jadi total DP sudah 50 juta. Saya coba lagi ajukan ke bank, kali ini langsung ke 14 bank. Benar-benar saya usahakan supaya dapat, harus!
Akhirnya kerja keras saya berbuah baik. Dari 14 bank yang saya coba ajukan, ada 3 bank yang OK. Terima kasih Tuhan……
Setelah perjalanan yang sangat Panjang untuk menemukan properti, akhirnya saat yang sangat saya tunggu-tunggu sejak 7 tahun lalu tiba! Juni 2008, rasanya saya jadi orang paling bahagia, saya sudah resmi punya properti!
Properti pertama saya dibiayai oleh pinjaman bank dengan angsuran Rp.15.415.250,-/ bulan. Modal nekat, karena pendapatan saya saat itu hanya 6 juta/ bulan.
Kenapa saya berani membeli properti tersebut? karena saya yakin properti ini bisa menghasilkan 18 juta/ bulan, jadi cukup untuk membayar angsurannya sendiri.
Prinsip saya dalam investasi properti, saya ogah bekerja dan membayar angsuran properti yang saya beli.
Terus gimana caranya?
Ya biarkan properti itu yang kerja keras buat membiayai dirinya sendiri! Dirikan usaha di atas properti tersebut agar menghasilkan income yang lebih besar dari angsurannya. Jadi kita sebagai investor bisa santai-santai dan tinggal nerima income. Detail caranya akan saya jelaskan di bawah.
Niatnya Mau Punya Passive Income, Tapi Kok Malah Ribet
Properti pertama saya, dibuat menjadi kos-kosan. Awalnya saya pikir punya kos-kosan itu enak, gak perlu ribet-ribet dan tiap bulan dapat untung.
Nyatanya? gak semudah itu bro!
Ngurusin kelakukan para penghuni kos yang aneh-aneh itu bikin saya sakit kepala. Ini mah bukan passive income, tapi kesibukan baru. Saya kasih daftarnya nih:
- Nagih anak kos. Ngeributin anak kos yang telat bayar. Ngusir anak kos yang tidak bayar. Berkelahi dengan anak kos yang tidak mau bayar dan tidak mau keluar.
- Pagi-pagi ditelfon anak kos karena pompa mati.
- Subuh-subuh ditelfon anak kos karena motor hilang dan harus ke kantor polisi.
- WC mampet, cari tukang WC.
- Penjaga kos bawa lari uang kos.
- Anak kos bilang di kos ada hantu, minta dibuatin slametan mengusir hantu.
- Anak kos berantem karena bajunya kebawa penghuni kamar lain.Dst… dst… dst. Kalau saya sebutin semuanya di sini, waduhh teman-teman bisa ikutan pusing bacanya.
Belum lagi masalah pembayaran kos. Haduuh ini makin bikin pusing. Di awal, saya membuat mekanisme pembayaran kos, dari penyewa mereka membayar langsung ke penjaga kos. Dan akhirnya, saya kapok, penjaga kos tersebut membawa lari uang hasil sewa dan merubah peraturan yang ada. Setelah kejadian itu, saya mewajibkan penghuni kos membayar uang sewa langsung ke rekening saya.
Gila ya…. Pusing kepala saya ngurusin kelakukan penghuni kos yang aneh-aneh. Kapok saya punya kos-kosan. Niatnya mau punya passive income, malah jadi ribet.
Makanya begitu startup hotel budget muncul, saya senang sekali. Pekerjaan merepotan seperti mengurus kos tadi sudah diambil alih dan diurus oleh operator. Dan yang paling penting, income-nya lebih tinggi dari income yang saya dapat dari kos-kosan. jika dulu angsuran ruko tersebut Rp.15.415.250,-/ bulan. Hari ini income-nya sudah jauh di atas angsuran, naik 3x lipat!
Menemukan properti dan instrumen yang tepat untuk dijadikan investasi itu penting banget. Kalau salah pilih yang ada malah kita yang jadi repot dan tujuan utama kita investasi malah gak tercapai, capek deh!
Saran saya, teman-teman harus benar-benar mencari dan mengetahui kriteria properti dan jenis investasi apa yang paling tepat untuk diinvestasikan. Selama perjalanan investasi ini, saya sudah mengikuti berbagai seminar. Mulai dari seminar investasi, properti, pembiayaan, seminar membaca cepat, pokoknya macam-macam deh. Kalau dihitung-hitung, total biaya yang sudah saya keluarkan untuk mengikuti seminar-seminar tersebut lebih dari 100 juta.
Waktu itu saya kesulitan untuk mendapatkan pembelajaran yang fokus membahas properti passive income, sehingga semua seminar saya ikuti. Apakah saya menyesal? Tentu tidak. Menurut saya, investasi terbaik bukan emas, properti, saham, atau sebagainya. Investasi terbaik adalah belajar, karena dengan belajar kita bisa mendapatkan keuntungan yang berpuluh-puluh kali bahkan ratusan kali lebih besar.
Ilmu tersebut harganya mahal sekali, maka akan sangat sayang jika hanya saya simpan ilmu itu untuk diri saya sendiri. Saya ingin membagikan ilmu dan pengalaman yang saya punya kepada teman-teman. Karena itulah saya membuat tulisan ini. Saya juga rutin sharing ilmu dan pengalaman yang saya miliki di website dan social media yang saya punya, jangan lupa di-follow ya, siapa tahu kita bisa kenalan dan berdiskusi lebih lanjut. Selain melalui tulisan, saya juga membuatnya dalam bentuk video agar lebih mudah dipahami. Sudah banyak artikel dan video yang saya posting di blog dan social media saya, boleh teman-teman berkunjung ke sana.
Dari artikel dan video-video yang telah saya buat, banyak teman-teman calon investor dan investor yang meminta saya untuk menyatukan materi dari tulisan-tulisan tersebut. Biar lebih terstruktur dan mudah dipahami katanya. Saya senang sekali, berarti konten yang saya buat bisa bermanfaat. Untuk memenuhi permintaan-permintaan tersebut, saya membuat video pembelajaran tersendiri yang merupakan gabungan dari konten-konten yang saya buat. Dan di video pembelajaran ini saya juga menambahkan berbagai macam materi yang dikemas secara praktis agar lebih mudah teman-teman ikuti. Saya namakan video pembelajaran tersebut dengan nama PIPO Investing 101. Isinya lengkap, mulai dari dasar-dasar investasi, permodalan, cara mencari dan scoring properti, prinsip investasi KOMODO, dan masih banyak lagi. Semuanya saya jelaskan di PIPO Investing 101 untuk membantu teman-teman memulai investasi properti passive income.
Cari Tahu Tentang PIPO Investing 101
Akhirnya Saya Menemukan Jenis Investasi Properti Passive Income Terbaik Bagi Saya
Kapok punya kos-kosan. saya coba cari strategi yang lebih baik untuk menghasilkan passive income dari properti.
Dari hasil tanya-tanya ke teman-teman investor, saya mendapat rekomendasi untuk membuka franchise Indomaret.
Ada 2 jenis Indomaret waralaba, yaitu take over (TO) dan Grand Opening (GO). Sebagai pemula, saya memilih untuk membuka Indomaret take over.
Setelah cari-cari info, akhirnya sekitar September 2009, saya mendapatkan proposal TO toko Indomaret yang lokasinya di Jawa Timur. Tepatnya di sebuah kota, yang bahkan saya belum pernah menginjakkan kaki di kota tersebut. Saya tanya ke teman yang tinggal di sekitar situ, mereka juga tidak tahu. Saya coba googling, masih gak dapat bayangan juga. Ya sudahlah, saya yakin saja. Jika teman-teman saya berhasil, mestinya saya juga bisa.
Waktu itu, harga TO 550 juta dengan pembayaran dan pelunasan disepakati sampai 30 November 2009. Indomaret memproyeksikan profit toko 12 juta/ bulan.
Waw, 550 juta, besar ya?
Iya, memang besar, sebenarnya saya juga gak punya uang sebanyak itu. Istri saya aja sampai bingung gimana cara saya bayarnya nanti.
Kalau saya sih yakin yakin aja, yang penting saya sudah tanda tangan….. urusan bayar-bayar bisa dipikirkan nanti.
Dan benar saja, setelah selesai tanda tangan TO, saya baru kepikiran, bingung, aduhh pusing juga gimana ya cara mendapat 550 juta, hmmmm…… ayo coba pikir…. Pikir…. Pikir… aha! Akhirnya saya terfikir untuk memindahkan kredit kos ke bank lain, dan meminta bank sebelumnya untuk appraise ulang.
Dimulailah proses memindahkan kredit kos yang sudah berjalan 1 tahun lebih sedikit ke bank lain. Prosesnya mulai lagi dari awal. Mulai dari ketemu marketing bank, menemani appraisal ke kos, beliin teh botol, biar appraisal yang sudah panas-panas datang senang, barangkali saya bisa dikasih angka appraisal yang lebih tinggi hahaha.
Ternyata oh ternyata, memindahkan kredit ke bank lain, tidak mudah. Mulai dari angka appraisal yang tidak sesuai harapan. Kapasitas keuangan saya yang dinilai tidak layak. Hingga bunga yang menurut pandangan saya terlalu tinggi. Padahal waktu pelunasan TO Indomaret sudah semakin dekat. Senin, 30 November 2009, pembayaran sudah harus beres. Sementara bank tidak selesai-selesai proses kreditnya.
Akhirnya saya selamat, 30 November 2009, pembayaran sudah siap. Tapi masih ada masalah lain. Uang pencairan kredit dari bank X harus dipindahkan ke bank Y, sementara cabang Indomaret memberi batas pembayaran hanya sampai pukul 14.00, uang harus sudah masuk karena mereka mau tutup buku. Supaya proses take over juga bisa diproses segera di hari itu dan efektif TO per 1 Desember 2009.
Pukul 14.30, saya masih antri di BCA. Waduhhh deg-degan saya, cabang Indomaret kasih info ke saya kalau mereka sudah tutup bagian administrasinya, dan disarankan take over mundur 1 bulan ke Januari 2010. Yaampun… cobaan apalagi ini… masa mau mundur 1 bulan… hiksss. Nasib orang yang duitnya pas-pas-an ya gini. Terpaksa saya minta tolong ke Indomaret untuk menunggu 30 menit lagi. Syukurnya permintaan disetujui, Indomaret mau menunggu sampai saya selesai antri di BCA. Akhirnya proses selesai.
Pengalaman membuka Indomaret ini sangat berkesan untuk saya karena banyak sekali halangannya. Syukurnya sampai sekarang Indomaret ini masih menghasilkan cashflow yang bagus untuk saya.
Saya merasakan nikmatnya investasi franchise Indomaret. Walaupun tidak menangani secara langsung, toko saya berjalan dengan sangat baik. Bahkan keuntungan toko lebih besar dari yang tertera di proposal yang dijanjikan oleh Indomaret. Saya bisa tetap fokus ke pekerjaan utama, dan mendapat passive income dari toko saya.
Ketagihan Beli Indomaret
Investasi Indomaret waralaba itu ENAK! Makanya saya ketagihan.
Indomaret saya yang kedua lokasinya di Medan.
Jauh ya? Iya memang jauh, saya saja jarang berkunjung ke sana. Tapi inilah enaknya punya Indomaret. Usaha ini autopilot, sudah ada sistemnya, sehingga kita tidak perlu repot mengurus
Enak kan? Makanya Saya lanjutkan membeli Indomaret kedua, ketiga, sampai sekarang saya punya 30 gerai Indomaret.
Saya senang, proses pembayaran TO kedua ini berjalan lancar karena keuangan saya sudah mulai membaik. Jadwal TO adalah 1 Desember 2009. Saya sudah lunas sebelum tanggal tersebut. Senang sekali rasanya akan memiliki toko kedua.
Memang di proses pembayaran TO ini berjalan lancar, tapi ada masalah lain. Pemda setempat tidak mengetahui apa itu TO, mereka bingung, kok bisa memperjualbelikan toko. Sehingga ijin usaha tidak dapat selesai pada tanggal yang diharapkan. Walaupun saya sudah membayar lunas sebelum 1 Desember 2009. Tapi saya tidak bisa melakukan TO pada tanggal yang ditentukan karena perjanjian belum beres. Indomaret minta penundaan sampai 1 Januari 2010. Saya terima saja.
Karena TO dimulai 1 Januari 2010, maka perhitungan berubah karena asumsi UMR juga berubah. Akibatnya proposal harus dibongkar ulang dan merevisi profit yang dijanjikan. Karena profit yang diproyeksikan jadi lebih kecil dari yang tertera di proposal 2009, maka nilai take over juga lebih kecil. Akhirnya, uang take over yang sudah saya bayar sebelumnya dikembalikan 50 juta oleh pihak Indomaret.
Akhirnya perjanjian beres, 1 Januari 2010 saya resmi punya toko Indomaret kedua yang berlokasi di Medan. Horasss!
Tahun 2010, saya sudah memiliki 2 toko take over. Saya ingin menambah toko lagi, tapi kali ini saya ingin punya toko yang tanahnya milik sendiri, tidak sewa. Toko take over hasilnya memang bagus, di atas proposal yang dijanjikan oleh Indomaret. Tapi tujuan utama saya kan ingin jadi investor properti, bukan pengusaha minimarket.
Mulailah saya mencari lokasi untuk toko ketiga. Kebetulan, Ketika saya sedang mengecek kos-kosan, di ruko sebelah kosan saya ada tulisan “dijual”. Tanpa menunggu lama, langsung saya tanya harganya. Hmmm, 1.5 M untuk 2 ruko, menarik nih. Segera saya cari contact person Indomaret untuk daerah Tangerang. Lalu saya diskusi dengan mereka mengenai lokasi ruko tersebut apakah tepat jika dijadikan toko.
“Wah kebetulan ruko itu juga sedang kami incar pak. Tapi kami gak mau beli, sewa saja”.
Nah cocok deh dengan saya. Saya aja yang beli rukonya, Indomaret bisa buka toko, saya bisa beli tanahnya. Pokoknya everybody happy lah.
Berdasarkan survei dan perhitungan market, Indomaret menargetkan penjualan sebesar 7 juta/ hari. Saya juga tanya ke competitor Indomaret (you know who), mereka menargetkan 11 juta/ hari, jika saya bekerjasama dengan mereka.
Saya lebih memilih Indomaret karena sudah Kerjasama dengan mereka untuk 2 toko saya sebelumnya, dan hasilnya baik-baik saja. Saya tidak mau gambling untuk bisnis. Yang pasti-pasti saja. Potensikan sebenarnya sama saja, hanya masalah angka. Kalau toko sudah buka, merek A atau B sama saja menurut saya. Orang tetap akan belanja. 7 juta atau 11 juta kan artinya sama, potensinya bagus.
Mulailah saya melakukan tawar-menawar ke agen ruko, sepakat di angka 1.3M. Selesai proses tawar menawar, masuklah ke bagian tersulit, yaitu cari duit untuk bayar tanah dan bangun Indomaret. Walaupun ruko ini terdiri dari 2 ruko yang masing-masing terdiri dari 3 lantai. Dan sebelahnya adalah kos-kosan saya. Tapi saya memutuskan untuk membangunnya satu per satu. Indomaret dulu, kos menyusul. Supaya saya tidak pusing mencari modalnya.
Total modal yang saya butuhkan sebesar 1.75 M. dengan rincian 1.3 M untuk pembelian ruko, 450 Juta untuk renovasi ruko menjadi Indomaret. Termasuk biaya perlatan, perijinan, promosi, dan lain-lain. Pokoknya sampai ready buka toko.
Untuk mendapatkan modal sebesar itu, saya mengajukan KPR dan KI ke beberapa bank. Problem pinjaman KI hanya bisa 7 tahun, padahal saya inginnya 10 tahun. Agar angsuran lebih kecil, walaupun jangka waktu lebih lama. Bagi saya yang penting tiap bulannya tidak minus, jangka waktu lama tidak masalah.
Ada salah satu bank yang logonya warna merah, marketingnya bilang ke saya jika mereka punya produk pinjaman kombo. 1 jaminan bisa 2 pinjaman, KI dan KMK, asal nilai pinjamannya masih di bawah total pinjaman. Jadi saya minta semua pengajuan (tidak hanya di bank merah itu) supaya fasilitas dirubah 70% KI dan 30% KMK. Akhirnya ada 1 bank yg logonya merah dan biru, memberikan persetujuan ke saya pinjaman kombo. 1.4 M KI 7 tahun, dan 500jt KMK.
Indomaret waralaba merupakan instrumen investasi properti favorit saya karena aman, auto pilot, dan income-nya bisa lebih tinggi dari bunga angsuran.
Sejak saat itu saya jadi ketagihan dan ngebut terus hingga hari ini. 2009 buka 1 toko, 2010 buka 1 toko, 2011 buka lagi 4 toko, 2012 tambah lagi 4 toko.
2013? Hanya 1 toko. Kenapa? Karena saya merasa, saya terlalu cepat dan saya harus mengevaluasi lagi. Menghitung lagi, apakah yang saya lakukan ini sudah benar?
Tahun 2014 juga tidak banyak toko, masih evaluasi. Tahun 2015 baru setelah saya yakin, saya mulai ngebut investasi Passive Income Property saya.
Hingga saat ini saya mempunyai 30 toko Indomaret, saya selalu menerapkan prinsip investasi KOMODO (Kerja Ogah, Membayar Ogah, DP juga Ogah). Enak loh, punya minimarket beserta propertinya tanpa harus bayar angsuran, dapat income rutin tiap bulan, bahkan bisa dilakukan dengan tanpa modal.
Gak percaya? Teman-teman harus mencobanya sendiri!
Banyak teman-teman saya yang bertanya bagaimana cara saya bisa memiliki puluhan minimarket. Mereka juga heran, apa saya gak merasa kerepotan untuk mengurus Indomaret-Indomaret tersebut. Apalagi Indomaret saya ada yang lokasinya di Jogja, Sumatera, bahkan Sulawesi, padahal saya tinggal di Jakarta, apa gak ribet tuh ngurusnya. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu selalu saja datang. Capek juga ya kalau saya jawabin pertanyaan-pertanyaan yang sama secara berulang. Saya pikir, akan lebih baik jika saya menjawab berbagai pertanyaan tersebut dalam satu buku, sehingga saya bisa menjelaskan hal-hal yang sering ditanyakan secara detail dan lebih banyak orang yang bisa mengetahuinya.
Oke lah, akhirnya saya menulis buku Bisnis Waralaba Indomaret untuk menjawab hal-hal yang sering dibingungkan mengenai investasi minimarket. Sampai saat ini, pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya sering ditanyakan, sudah tidak ada lagi. Malah sekarang saya yang suka kaget. Loh, tiba-tiba ada yang cerita ke saya kalau dia sudah punya Waralaba Indomaret. Padahal sebelumnya kita tidak pernah kenal, dia juga tidak pernah bertanya apa-apa ke saya. Ternyata dia adalah pembaca buku Bisnis Waralaba Indomaret yang sudah berhasil mempraktekkan apa yang saya tulis di buku tersebut. Inilah enaknya menulis buku. Ilmu dan pengalaman yang saya sharing bukan hanya bisa dibagikan ke teman-teman dekat, tapi bisa menjangkau orang dari seluruh Indonesia
Buat teman-teman yang mau membaca membaca buku saya, boleh klik tombol di bawah ini ya. Inget, saya gak akan mau jawab pertanyaan-pertanyaan yang sama, teman-teman baca aja sendiri, sudah saya jelaskan semuanya di buku itu, jangan bikin saya capek ya hahaha.
Cari Tahu Tentang Buku Bisnis Waralaba Indomaret
Ternyata cerita saya hari ini Panjang sekali ya. Nyatanya ini hanya ringkasan perjalanan investasi saya selama bertahun-tahun.
Saya sangat bersyukur, hari ini saya sudah bisa menikmati passive income dari investasi properti yang saya bangun. Tapi saya tidak ingin sukses sendiri. Karena itu, sejak tahun 2016 saya mendirikan komunitas PIPO (Passive Income Property Opportunity) sebagai suatu wadah bagi saya untuk sharing ilmu dan pengalaman. Hingga kini PIPO sudah memiliki 1000+ alumni yang telah berhasil menjadi investor baru dalam passive income property.
Tentunya saya tidak ingin kenikmatan memiliki passive income ini hanya dirasakan oleh saya dan teman-teman di komunitas PIPO. Saya dan teman-teman di PIPO rutin berdiskusi dan bersinergi. Pastinya kami akan sangat senang jika teman-teman semua bisa ikut bergabung bersama kami di PIPO.
Saya juga rutin mengadakan acara offline. Karena kalau saya pikir-pikir, lewat buku dan video saja belum cukup. Kita perlu bertemu langsung agar diskusinya lebih enak. Apalagi cerita perjalanan saya investasi ini sangat Panjang, kalau saya masukin semuanya ke dalam buku atau video, waduuhh kayaknya bisa Panjang banget. Teman-teman yang nonton atau baca juga pasti bosan. Jadi lebih enak kalau kita bisa bertemu secara langsung, saya bisa berbagi cerita pengalaman, prinsip, dan strategi yang sudah saya lakukan selama 10 tahun berinvestasi properti, tenang aja semua rahasia akan saya bongkar, tidak ada yang saya tutupi. Acara ini saya beri nama PIPO System Mastery (Kos-Mart). Saya mengundang teman-teman semua, siapapun yang ingin punya passive income dari properti, yuk datang. Di sana kita bisa saling berkenalan dan berdiskusi. Teman-teman bisa cek jadwal acara offline ini dengan meng-klik tombol di bawah ini.
Cari Tahu Tentang PIPO System Mastery
Semoga dari cerita saya yang panjang ini, ada hal-hal yang bisa teman-teman ambil yaa. Bagi saya, yang paling penting adalah perbanyak belajar. Ingat, investasi yang returnnya paling tinggi adalah belajar. Dan tentunya, teman-teman juga harus sabar dan pantang menyerah, apalagi kalau teman-teman belum menemukan properti yang sesuai kriteria, ayo cari terus, pasti ketemu kok.
Jika menurut teman-teman tulisan ini bermanfaat dan bisa dijadikan pelajaran untuk banyak orang, silahkan bagikan tulisan ini kepada teman, sahabat, keluarga, atau siapapun yang menurut teman-teman membutuhkan tulisan ini.
Oh iya, jangan lupa mampir ke social media dan blog saya ya. Di sana teman-teman bisa membaca tulisan-tulisan yang saya buat. Jika teman-teman punya pertanyaan atau ingin berdiskusi, silahkan tulis komentar teman-teman di kolom komentar pada blog saya ya.
Selamat berinvestasi, sampai bertemu di Peternakan Passive Income Property.